Konten / Daftar Isi [Klik Utk Tampilkan]
Blaves - Hallo Blavestie! Pernahkah kalian melihat berita pada televisi tentang peristiwa hujan es di suatu daerah? Atau bahkan kalian pernah melihatnya secara langsung? Negara Indonesia sendiri termasuk ke dalam wilayah tropis sehingga tak mengalami musim salju, tetapi sebagai gantinya negara kita ini mungkin saja dapat terjadi peristiwa hujan es. Meski sebetulnya peristiwa hujan es ini juga dapat terjadi pada wilayah non tropis. Lalu sebetulnya apa sih peristiwa hujan es itu? Dan bagaimana peristiwa tersebut bisa terjadi? Yuk kita coba bahas pada postingan di bawah ini.
Apa Itu Peristiwa Hujan Es?
Peristiwa hujan es atau juga disebut dengan hail adalah peristiwa membekunya air hujan pada awan dikarenakan keadaan dan suhu pada awan tersebut yang berada di bawah titik beku. Karena suhu ekstrem inilah maka air-air hujan yang harusnya turun ke permukaan bumi kini berubah menjadi gumpalan es.
Proses yang terjadi secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama dapat membuat gumpalan es yang terbentuk semakin lama semakin besar. Setelah cukup besar terkumpul di awan, selanjutnya butiran-butiran es ini turun dalam dalam bentuk utuh ataupun menjadi lebih kecil bergantung pada suhu permukaan bumi.
Penyebab Terjadinya Hujan Es
Sebagaimana pada penjelasan di atas, hujan es terjadi mula-mula dikarenakan terperangkapnya air hujan pada awan jenis Cumulonimbus, yaitu awan dengan ciri-ciri biasanya berwarna gelap dan berbentuk seperti jamur. Suhu pada awan jenis ini lebih rendah dari titik beku dan dapat menyentuh hingga -40 derajat celsius. Karena suhunya yang sangat dingin, maka awan ini cukup untuk menyebabkan air hujan yang semula berbentuk cair berubah menjadi butiran es yang berbentuk padat.
Selain suhunya yang sangat dingin, angin yang bertiup pada awan Cumulonimbus ini sangatlah kencang. Akibatnya, butiran es yang terbentuk pada awan ini terkadang tak langsung turun ke permukaan bumi melainkan berputar kembali di dalam awan. Proses ini menyebabkan butiran es yang semula ukurannya kecil semakin lama semakin membesar.
Setelah ukuran es yang terbentuk cukup besar dan cukup untuk menembus tekanan angin, maka akhirnya gumpalan es ini turun ke permukaan bumi dibantu oleh gravitasi bumi. Gumpalan besar yang terbentuk pada awan Cumulonimbus ini dapat terurai menjadi lebih kecil atau tidak bergantung suhu pada permukaan bumi.
Jika suhu permukaan bumi agak hangat maka gumpalan es yang turun akan mengecil, tetapi jika suhunya cukup dingin maka gumpalan es yang turun cenderung utuh. Hal ini yang menyebabkan terjadinya hujan es.
Dampak Terjadinya Hujan Es
Hujan es yang terjadi dapat menimbulkan dampak merugikan bagi kehidupan makhluk hidup bergantung pada ukuran es yang terbentuk. Semakin besar ukuran es maka dampak kerugian yang dihasilkan juga dapat semakin besar. Selain itu semakin besar ukuran es kecepatan turunnya semakin tinggi sehingga benturan terhadap benda di permukaan bumi semakin kencang.
Dampak Dari Hujan Es (Img Source: NSSL NOAA) |
Hujan-hujan es yang turun ini tentu saja dapat merusak bangunan, kendaraan, lingkungan, bahkan dapat mengancam jiwa makhluk hidup di permukaan bumi. Oleh karenanya beberapa negara sudah mengembangkan alat untuk memprediksi hujan es agar dapat meminimalisir dampak kerugian yang terjadi.
Ilustrasi Hujan Es (Img Source: Meteo24News.gr) |
Hujan es terdahsyat dengan ukuran es yang terbesar di dunia berdasarkan World Meteorological Organization's World Weather and Climate Extrems Archive, Arizona State University terjadi pada daerah Gopalganj di Bangladesh tanggal 14 April 1986. Ukuran es yang turun ke permukaan bumi pada peristiwa di Gopalganj hingga mencapai 1,02 kilogram atau seukuran satu ikat buah anggur. Peristiwa hujan es yang terjadi pada Gopalganj ini berlangsung sekitar beberapa jam dan meninggalkan dampak yang cukup luas, merusak banyak bangunan dan mengancam keselamatan makhluk hidup.
Nah, seperti itulah Blavestie kurang lebih penjelasan mengenai peristiwa hujan es dan bagaimana prosesnya dapat terjadi. Mudah-mudahan semakin menambah wawasan kita ya Blavestie, dan sampai jumpa pada postingan lainnya.
Referensi Tulisan
- NSSL NOOA. Severe Weather 101 - Hail. Diakses pada 1 Agustus 2024, Halaman referensi
- World Meteorological Organization's World Weather and Climate Extremes Archive, Arizona State University. World: Heaviest Hailstone. Diakses pada 1 Agustus 2024, Halaman referensi
- Meteo24news (19 Februari 2024). The Largest Hailstorm in Recorded History. Diakses pada 1 Agustus 2024, Halaman referensi
0 Komentar